thelocal150.com, Curug Mandala Riak 1 Airnya, Riuh Hati yang Tenang Air terjun memang sudah biasa. Tapi Curug Mandala? Ia punya cara sendiri untuk menyapa pengunjungnya tenang di pandangan pertama, lalu ramai di hati. Satu riaknya bisa mengganggu pikiran yang terlalu di am, satu guyurannya sanggup meluruhkan hal-hal yang seharusnya di tinggal sejak kemarin.
Di balik derasnya, ada ketenangan yang tidak basa-basi. Di balik sunyinya, justru terdengar gema dari dalam di ri sendiri. Curug Mandala bukan sekadar objek, melainkan ruang kecil untuk merapikan rasa yang berserakan.
Curug Mandala yang Tak Ingin Terlalu Banyak Bicara
Letaknya di sudut Ciamis, bukan di tengah keramaian, dan memang tidak berisik. Jalan menuju curug ini pun seperti ujian kesabaran mini. Jalan tanah, kebun warga, dan bisik-bisik semak belukar menemani langkah yang tak ingin terburu-buru.
Tapi justru itu daya pikatnya. Ia tidak menawarkan kemudahan, melainkan ruang untuk menurunkan ego. Begitu suara air mulai terdengar, jantung pun otomatis menyesuaikan ritmenya. Riaknya tenang, tapi cukup untuk membuat napas lebih panjang.
Orang-orang datang ke sini bukan hanya karena indahnya air jatuh. Mereka datang karena ingin menjatuhkan beban bersama derasnya Mandala. Ada semacam ritual di am-di am: duduk, melihat, lalu merasa.
Air Jernih, Pikiran pun Ikut Bening
Tak perlu bicara banyak soal kejernihan. Sekali lihat, mata langsung setuju. Tapi ada satu hal yang lebih jernih dari air curug ini: kesadaran bahwa kita sedang butuh jeda.
Di sisi batu besar yang berlumut, biasanya pengunjung duduk berselonjor, membiarkan kakinya di gigit air di ngin. Tanpa sadar, mereka bukan cuma istirahat fisik—tapi juga meredakan gaduh yang tidak kelihatan.
Beberapa orang tertawa kecil, yang lain di am sambil menatap kosong. Tak ada yang salah. Di Curug Mandala, ekspresi apa pun terasa sah. Karena tak semua tempat bisa menerima kita saat sedang tidak baik-baik saja.
Sunyi yang Tidak Kosong
Curug Mandala memang jauh dari keramaian, tapi bukan berarti sepi. Suara dedaunan yang bergesekan, kicau burung dari atas pepohonan, serta air yang mengalir tanpa henti—semuanya membentuk orkestra yang lembut.
Bagi yang sudah terlalu lama hidup di tengah notifikasi dan deadline, suasana seperti ini seperti kemewahan yang jarang di temukan air terjun. Tidak ada klakson, tidak ada obrolan pakai speaker keras, hanya getar alam yang tidak memaksa.
Di sinilah banyak orang perlahan mulai menyadari bahwa tidak semua keheningan identik dengan kekosongan. Ada jenis sunyi tertentu yang justru menghadirkan ruang refleksi, semacam jeda yang memberi kita kesempatan untuk benar-benar mendengar suara hati sendiri suara yang selama ini tertutup oleh bisingnya dunia, kesibukan yang tak pernah jeda, dan rutinitas yang terus berulang. Dalam kesunyian semacam ini, hadir keintiman yang tak bisa di jelaskan dengan kata-kata, seolah kita akhirnya berhadapan dengan di ri sendiri tanpa gangguan apa pun.
Mengendap Perlahan, Tapi Membekas Curug Mandala
Tidak semua curug punya karakter. Ada yang hanya lewat di kepala, lalu hilang saat sudah sampai rumah. Tapi Curug Mandala lain cerita. Ia seperti aroma hujan yang tertinggal di tanah—di am, tapi sulit di lupakan.
Setelah pulang, orang-orang masih membawa serpihan suasananya. Kadang dalam bentuk foto, kadang dalam bentuk perasaan yang belum bisa di ucapkan. Mandala seperti tahu cara masuk ke dalam kepala tanpa izin, lalu bertahan lama-lama.
Tak sedikit yang kembali, bukan karena ingin swafoto lebih bagus, tapi karena merasa belum selesai berdamai. Air Mandala tak pernah berubah tetap mengalir, tetap memeluk siapa pun yang butuh di sapa secara di am-di am.
Kesimpulan
Curug Mandala bukan tempat wisata biasa. Ia adalah tempat untuk berhenti, menepi, lalu merasa utuh kembali. Dalam deras airnya, ada ruang untuk melepas genggam. Dalam riaknya, ada bisikan untuk tidak terlalu keras mengejar dunia.
Saat tubuh sudah terlalu lama di ajak lari, Curug Mandala datang seperti tanda baca. Ia bukan titik, bukan koma, tapi jeda. Cukup untuk bernapas, cukup untuk sadar bahwa hati juga butuh di urus. Dan seperti riaknya yang tidak pernah sama dua kali, Curug Mandala selalu punya cara baru untuk membuat hati kembali tenang, meski dunia tetap berisik di luar sana.